Foto: Dimas Saputra (Ketua Umum HMI Komisariat Lafran Pane Kampar).

KAMPAR - Ingatan sejarah Bangsa tentang kehadiran HMI sebagai organisasi yang ikut berperan dalam membantu mempertahankan kemeredekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengangkat derajat umat islam tidak bisa di nafikan. Koheren dengan apa yang yang menjadi komitmen HMI sebagai organisasi perjuangan.

Telah kita ketahui bersama bahwa Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi mahasiswa tertua di Indonesia. HMI berdiri sejak tanggal 5 Februari 1947 di Yogyakarta, yang artinya dua tahun saja pasca kemerdekaan Republik Indonesia. HMI kemudian lahir untuk menawarkan gagasan perjuangan dalam mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.

Seiring berjalannya waktu, HMI kemudian turut hadir dan konsisten menawarkan gagasan-gagasan kritisnya untuk selalu ada dalam garis perjuangan membangun bangsa, sehingga relevansi dari perjuangan HMI tersebut dapat diakui di tengah gejolaknya konstalasi politik dan dinamika bangsa Republik Indonesia.

Terlepas, dari sejarah HMI di muka mari sama-sama kita analisis apakah HMI mengalami kemajuan atau terdegradasi? berangkat dari prespektif saya secara pribadi bahwa melihat kondisi HMI akhir-akhir ini membuat saya semakin pesimis apabila HMI di katakan mengalami kemajuan. Mengapa demikian, kondisi internal yang saling menjatuhkan karena berebut kekuasaan dan singgah sana jabatan menjadikan kader HMI lupa akan tugas dan peran nya sebagai kader umat dan bangsa.

Dengan melihat kondisi sekarang, maka apa yang perlu kader HMI lakukan ?

Pertanyaan di atas saya tujukan kepada seluruh kader HMI di manapun berada, oleh karena itu pasca tulisan ini saya publish, kiranya argumentasi dari kader HMI dapat di sampaikan untuk merespon tulisan ini. 

Beranjak dari pertanyaan tersebut, ada beberapa poin yang ingin saya sampaikan. Di antaranya : 
1. Perlu adanya Reposisi dalam internal HMI.
 2. Mengembalikan HMI sebagai episentrum peradaban. 3. Mereformulasi perkaderan.
4. Bangun rasa kepercayaan.
5. mengedepankan Ilmu Pengetahuan.

Secara sederhana upaya Reposisi bertujuan untuk mengembalikan sesuatu sesuai dengan semesetinya, HMI perlu mengembalikan posisi awal HMI berdiri yang dimana mengedepankan dua komitemen, yakni komitmen kebangsaan dan komitemen keuamatan. Sehingga dalam praksisnya kader HMI yang di amanahi jabatan di dalam kepengurusan HMI perlu memahami secara utuh paradigma kebangsaan dan keumataan. Di lain hal indepensi etis dan organisatoris perlu di junjung tinggi sebagai pegangan dalam berkehidupan berbangsa.

Selaras dengan hal tersebut, HMI sebagai episentrum peradaban perlu di galakan oleh seluruh kader HMI, substansi dari hal tersebut ialah HMI harus menjadi wadah dialog kebangsaan dan keislaman secara massif.

Oleh karena nya, seluruh elemen HMI harus sadar akan peran dan tugasnya tersebut dengan semangat Etos Kerjanya, Ilmu Pengetahuan dan Saling Percaya. Maka demikian, perlu adanya mereformulasi kembali konsep perkaderan yang ideal yang di sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi zaman post truth ini.

Selamat milad HMI Ke-76, panjang napas perjuangan. Izinkan kami tetap mencintai dan terus berjuang untuk mengekalkan harumu, memancarkan pesonamu, melanggengkan perjuangnmu, mengabadikan keelokanmu, dan menjaga marwah baikmu.

Yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu, Sampaikan dengan Amal. Maka Yakin Usaha Sampai.

Penulis: Dimas Saputra (Ketua Umum HMI Komisariat Lafran Pane Kampar).