Memasuki kawasan wisata geopark Kabupaten Sijunjung  Sumatera Barat, pandangan mata yang tertutup oleh bukit batu menjangkau awan menimbulkan berbagai asumsi dalam hati, apa yang akan disuguhkan bukit-bukit ini? Sementara diberbagai media terutama media sosial tempat ini adalah salah satu peraih penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia baru-baru ini.

Mungkin saja pertanyaan seperti ini terlontar dalam hati sebagian besar wisatawan ketika  pertama kali memasuki kawasan geopark Kabupaten Sijunjung. Berangkat dari ibu kota Kabupaten Sijunjung  dengan menyusuri jalan yang salah satu sisi merupakan tebing batu dan disisi lainya adalah lembah yang jauh dibawah mengalir sebuah sungai. Terus bergerak menyusuri jalan, suasana sejuk mulai terasa meskipun medan menanjak terbilang ekstrim. Ketika berada diketinggian salah satu puncak  yang dilalui, pandangan mata terbuka membentang jauh kedepan disambut gugusan bukit-bukit batu yang berbaris tak beraturan diselingi hijaunya dedaunan mewarnai lukisan alam itu. Diantara kaki-kaki bukit, arus air dengan derasnya berkejaran menabrak bebatuan yang mengahalangi dan berada dialiran sungai.

Perasaan takjub dan nyaman semakin terasa ketika sampai dilembah dan memasuki gerbang kawasan wisata geopark. Jalanan yang dilalui semakin dekat dengan aliran air sungai dan menyadari sudah berada diantara barisan bukit batu yang terlihat ketika berada diatas ketinggian sebelumnya. Tempat rehat yang nyaman dibawah rindangnya pohon-pohon hutan yang masih alami. Selain wisata alam yang disuguhkan memanjakan mata wisatawan di Rest Area pintu ngalau, puncak sangkiamo dan air terjun batang taye serta beberapa goa batu yang disebut “ngalau” dengan segala sajian dan daya tariknya masing-masing.  Satu hal yang menarik adalah keberadaan sungai yang mengalir sepanjang perjalanan hingga masuk kawasan geopark.

Sungai dengan segala keunikan, pesona dan potensi yang tidak terhingga terkandung di dalamnya, memanggil dan membuat hati ingin kembali mendengar suara ombak dan melihatnya meliuk serta mengupas segala senandung cerita dan sejarahnya, sebuah keinginan yang dalam untuk datang mengunjunginya kembali.

Batang kuantan, begitu sungai itu dinamakan oleh masyarakat setempat. Berbeda dengan sungai kebanyakan, batang kuantan memiliki arus yang deras dengan ombak-ombak besar saling berpacu menghempas bebatuan didalam badan sungai sehingga menimbulkan bunyi riuh menghibur telinga, dengan hamparan pasir putihnya. Ombak-ombak itu pula yang menjadi medan yang diburu para penikmat olahraga ekstrim arung jeram yang menambah daya tarik kawasan wisata geopark bahkan pernah melaksanakan event rafting skala internasional, tentunya karena track yang dimiliki memang mempesona. 

Di beberapa tempat tampak joran pancing berjejer sepanjang tepian sungai, mereka yang datang dari berbagai daerah menghabiskan liburan akhir pekan dengan memancing ditemani semilir angin, begitu juga perahu nelayan yang hilir mudik memasang jaring dan perangkap untuk menangkap ikan. Melalui perbincangan santai dengan tokoh adat, masyarakat dan pengelolah wisata untuk mengobati penasaran tentang keberadaan dan keunikan batang kuantan tersebut sembari menikmati kopi “carano ameh” khas Kabupaten Sijunjung yang juga mendapat penghargaan Pesona Indonesia.

Batang kuantan merupakan pertemuan tiga sungai yaitu batang sukam, batang sinamar dan batang ombilin. Titik pertemuannya bernama “Batu Gando” di Nagari Muaro. Batang kuantan mengalir sampai ke daerah Taluk Kuantan Propinsi Riau. Menurut mitologi yang diyakini masyarakat, nama Taluk Kuantan pun berasal dari peristiwa asal mula dinamakan batang kuantan yakni berasal dari tumpahan kuah santan yang banyak kedalam aliran sungai pada zaman dahulu ketika penduduk mengadakan pesta syukuran, hingga berkumpul pada suatu teluk. Batang kuantan pun mengandung histori yang sangat bernilai. Sepanjang tepian batang kuantan merupakan jalur rel kereta api pengangkut batu bara (persis berada pada jalan yang dilalui saat ini) dari tambang batu bara Ombilin Sawahlunto yang dibangun penjajah jepang dengan memperkerjakan para romusha lewat sistem kerja paksa.

Jalur tersebut menghubungkan antara Logas Kabupaten Sijunjung hingga Logas Propinsi Riau. Namun kemana sisa rel dengan rute sepanjang itu? Hanya menyisakan sebuah bangkai lokomotif pengangkut batu bara yang dijaga sebagai cagar budaya di daerah Silukah Nagari Durian Gadang. Pembuatan jalur rel kereta api itu pula lah yang menyebabkan batang kuantan menjadi sempit dan berombak, padahal sebelumnya batang kuantan merupakan sungai yang dalam sebagai jalur transportasi masyarakat untuk menjual hasil bumi bahkan dimanfaatkan kolonial belanda untuk mengangkut batu bara serta sebagai transportasi mengangkut besi pembuatan rel dengan tonase yang besar oleh tentara jepang. Ledakan dinamit untuk menembus gunung batu membuat batu berukuran raksasa itu memenuhi badan sungai. Batang kuantan pun menjadi kuburan masal ratusan para romusha akibat tertimbun batu pada saat bekerja tepatnya di daerah “Ngalau Cigak”.

Hingga sampai pada suatu objek perbincangan yang paling menyita perhatian, yakninya keberadaan biji emas yang tidak pernah putus dan habis meskipun dikumpulkan setiap hari oleh sebagian besar masyarakat hingga saat ini. Menurut masyarakat meyakini selama bukit batu itu berdiri, maka biji logam mulia tersebut akan terus mengalir. Masyarakat bisa memperoleh hasil untuk memenuhi nafkah bahkan mencukupi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Mengumpulkan biji emas dengan istilah “mendulang” ini dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan, hanya saja berbeda cara dan alat yang digunakan. Kaum ibu-ibu mendulang dengan cara dan alat tradisional yang disebut “jae”, sedangkan kaum bapak mendulang dengan memodifikasi mesin pompa air menjadi mesin penyedot sedemikian rupa diatas rakit terapung. 

Pemandangan rakit-rakit seperti itu banyak dijumpai sepanjang batang kuantan, awalnya para wisatawan yang datang dari luar daerah akan mengira kalau rakit itu merupakan alat transportasi ataupun tempat budidaya ikan kerambah apung. Tetapi satu hal yang harus tertanam dalam hati masyarakat dengan penuh kesadaran yang tinggi untuk menjaga kelestarian sungai beserta segala ekosistem didalamnya, merusak track arung jeram. Demikian juga peran pemerintah untuk mengontrol dan membatasi penambangan denga skala besar, sebab kalau hal ini dibiarkan akan berdampak buruk bagi ekosistem batang kuantan terlebih lagi bahaya akan amblasnya badan jalan yang menjadi akses vital beberapa nagari bahkan dan sektor pariwisata di Kabupaten Sijunjung, yang jelas saja air batang kuantan yang keruh saat ini merupakan imbas dari aktivitas mendulang dengan mesin berkekuatan besar.

Demikian adanya, tidak bisa dipungkiri kehadiran batang kuantan merupakan urat nadi kehidupan masyarakat sebagai transportasi dari masa ke masa. Dengan segala potensi yang terkandung didalamnya mampu memberikan sumbangsih besar bagi segala aspek kehidupan masyarakat. Bukan suatu hal yang mustahil pengembangan ekowisata melalui pemberdayaan batang kuantan bisa terwujud dengan mudah. 

Sebagai saksi sejarah pembangunan jalur rel kereta api yang pernah melintas disepanjang batang kuantan dengan segal intriknya dan menjadi cikal bakal jalan yang dilalui saat ini diimplementasikan lewat monumen atau museum mini sebagai wisata sejarah. Hal yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kesadaran seluruh pihak dalam upaya menjaga dan melestarikan batang kuantan itu sendiri.  

Senin, 28 November 2022.
Penulis: HARISEP ARNO PUTRA