Ifada Nur Rohmaniah, Psikolog atau Konsultan Psikologi di Kabupaten Tulungagung.

Suaramuda.com - Fenomena pergaulan bebas di kalangan remaja di Kabupaten Tulungagung kian mengkhawatirkan. Menurut Psikolog Tulungagung, Ifada Nur Rohmaniah, lonjakan kasus pergaulan bebas yang mengarah pada hubungan seksual pranikah sudah mulai tampak jelas, bahkan melibatkan anak-anak usia sekolah menengah pertama (SMP).

“Memang terjadi ledakan yang mulai muncul, terutama pada anak-anak yang belum menikah namun sudah berhubungan seksual. Rata-rata mereka mulai dari kelas 2 SMP,” ucap Ifada saat ditemui, Kamis (19/6/2025).

Kondisi ini, menjadi sinyal perlunya edukasi kesehatan reproduksi sejak dini. Menurutnya , anak-anak yang tengah memasuki masa pubertas masih belum memiliki kontrol diri yang matang. Mereka rentan terpengaruh oleh lingkungan maupun media sosial ( Sosmed) yang mudah diakses.

“Pemahaman tentang batasan dalam hubungan antar lawan jenis perlu diberikan. Rasa sayang bukan berarti harus berujung pada tindakan fisik, apalagi sampai telanjang. Ini harus dipahami anak sejak dini,” jelasnya.

Ifada menegaskan bahwa, edukasi kesehatan reproduksi seharusnya sudah diberikan sejak tingkat sekolah dasar (SD). Saat ini, pihaknya bersama sejumlah lembaga mulai menginisiasi sosialisasi ke sekolah-sekolah dasar.

“Mulai dari kelas 4 SD, karena sudah banyak anak anak yang mengalami menstruasi. Kalau mereka tidak diberi panduan yang benar, mereka bisa bingung. Apalagi media sosial lebih cepat dan mudah diakses ketimbang informasi dari lingkungan terdekat,” paparnya.

Ifada mengatakan, peran orang tua dan guru sangat penting sebagai penyeimbang informasi yang diterima anak. Jika orang tua tidak mampu memberikan pemahaman yang benar, maka guru atau tokoh masyarakat, termasuk karang taruna, bisa turut berperan.

“Kalau tidak ada penyeimbang, anak akan menganggap apa yang dilihat di media sosial itu benar. Padahal belum tentu semua yang ditampilkan di sana adalah role model yang baik,” tegas Ifada.

Lebih jauh, Ifada mengingatkan bahwa pergaulan bebas pada remaja bukan hanya soal moral, namun juga membawa risiko kesehatan yang serius. Data yang ditemukan menunjukkan sudah ada remaja di tingkat SMA yang terdeteksi mengalami infeksi menular seksual (IMS).

“Artinya, mereka sudah melakukan hubungan seksual di usia yang belum siap secara fisik dan mental. Ini berpotensi memicu kehamilan tidak diinginkan (KTD), risiko kanker serviks, hingga penularan HIV/AIDS,” urainya.

Ia menambahkan, dorongan seksual pada remaja adalah hal yang wajar. Namun, yang membedakan adalah kesiapan anak dalam mengelola dorongan tersebut.

“Anak yang mendapat edukasi sejak dini bisa menyalurkan energi seksual ke kegiatan yang positif, seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial. Tidak harus melampiaskan lewat hubungan seksual,” pungkasnya. (Ind).