Foto : sejumlah tokoh berkumpul di Hotel Bangkinang Baru mereka mengaku gusar dengan situasi daerah saat ini.
KAMPAR - Sejumlah tokoh yang menamakan diri sebagai Forum Pemuka Masyarakat Kampar bertemu di Hotel Bangkinang Baru membahas situasi sosial politik dan pemerintahan daerah terkini, Kamis (13/7/2023).
Pertemuan ini membahas berbagai persoalan yang dianggap krusial. Mereka juga menelurkan berbagai rekomendasi yang akan disodorkan ke pemangku kebijakan di daerah. Pertemuan Forum Pemuka Kampar ini disebut bukan yang pertama, sebelumnya telah digelar dua kali pertemuan.
Mereka yang berkumpul ini adalah tokoh senior Akmam Adipoetra, Muhammad Idris, Eka Sumahamid, Ahmad Fikri, Masnur, Nasri Harun Ergen, Amin Filda.
Selain tokoh-tokoh senior itu, ada juga figur-figur muda seperti Taufik Syarkawi, Nur Adlin, Afrizal Nasir dan beberapa orang lainya juga ikut dalam pertemuan ini.
Akmam Adipoetra mengaku merasa miris dengan kondisi Kampar saat ini. Kata dia, pemimpin Kampar telah datang dan pergi silih berganti, namun kondisi daerah ini menurut dia tak kunjung mengalami kemajuan. Yang ada justru kondisi Kampar jauh tertinggal dari kabupaten-kabupaten lain di Riau.
Meskipun, menurut dia banyak potensi yang dimiliki sebagai modal untuk melakukan lompatan jauh ke depan, nyatanya Kampar tak kunjung mengalami kemajuan di bidang ekonomi karena telah dikelola dengan cara yang tidak tepat. Akmam menyebut, ia dan rekan-rekan berkumpul di Forum Pemuka Masyarakat Kampar ini bukan dalam konteks ingin campur tangan dalam politik praktis di daerah, melainkan hanya ingin memastikan jalannya roda pembangunan dan pemerintah berada on the track atau berada dalam trek yang benar .
"Kita tak bicara soal politik. Kita berbicara tentang bagaimana kemajuan dan kesejahteraan bagi masyarakat dapat meningkat. Muak kita mengikuti dinamika politik," ujar dia.
Eka Sumahamid bahkan menyebut, kondisi Kampar saat ini seperti orang mengidap penyakit kanker stadium empat. Yang apabila tak segera dilakukan penanganan yang serius maka akan dapat memicu kematian.
Kata Eka, jalannya roda pemerintah dan pembangunan Kampar selama beberapa tahun ke belakang ini sudah jauh melenceng dari trek yang seharusnya. Menurutnya, para pemangku kebijakan baik eksekutif maupun legislatif tak lagi memikirkan nasib dan kesejahteraan masyarakat serta tak lagi memikirkan kemajuan Kabupaten Kampar.
Ia justru melihat yang ada, elit di daerah semakin nampak memperkaya diri sendiri. Kondisi ini menurut dia, justru diperparah oleh membisunya DPRD, aktivis mahasiswa dan pemuda akan situasi krisis di daerah saat ini.
Eka mencontohkan, renovasi mesjid Islamic Centre yang menjadi harapan masyarakat dengan anggaran mencapai 36 miliar lebih tidak terwujud. Kata dia, realisasinya hanya mencapai 6 miliar. Ini jelas memantik kekecewaan mendalam tidak hanya bagi dirinya tapi juga banyak banyak kalangan.
"Islamic Centre, itu dikaji oleh para pakar, butuh dana mencapai 37 miliar untuk menyelesaikannya. Tapi hanya dianggarkan 7 miliar, bisa apa dana 7 miliar? Padahal Islamic Centre itu sangat monumental bagi Kampar," ucap Eka.
Eka juga kecewa dengan kebijakan revitalisasi saluran air yang merupakan bagian dari proyek besar penanggulangan banjir di kota Bangkinang tak pernah maksimal dituntaskan. Kata dia, hal itu bisa dilihat dari tidak adanya anggaran yang memadai untuk proyek besar jangka panjang yang berdampak besar bagi kemajuan kota ini.
Kemudian, Eka juga menampik isu yang menyebut keberadaan Forum Pemuka Masyarakat Kampar ini hanya sebatas alat tekan pada penjabat bupati dalam hal pengisian sejumlah jabatan strategis di Kampar seperti pengisian posisi sekda, kadis pendidikan, kadis kesehatan dan beberapa kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) penting lainnya.
"Tidak benar keberadaan forum ini untuk menekan Pj Bupati demi sebatas ingin menempatkan seseorang di posisi jabatan tertentu, itu kecil itu. Kalau hanya untuk itu, tak perlu kami yang turun, cukup adik-adik mahasiswa saja kalau hanya sebatas itu isunya," tampik Eka.-***