Oleh Rizki Amalia, M.Pd
Dosen Program Studi S1 PG-PAUD Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Mahasiswa Program Doktor Konseling  dan Bimbingan Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang berbeda dengan anak normal atau normal. Anak berkebutuhan pendidikan khusus memerlukan layanan khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus menghadapi hambatan dalam belajar dan berkembang. Oleh karena itu, diperlukan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar setiap anak. Pemenuhan kebutuhan ABK tentu memerlukan perubahan dalam berbagai aspek sistem, metode, dan lingkungan pendidikan.Tujuannya anak bisa beradaptasi.

Untuk mengoptimalkan pendidikan bagi ABK, selain peran sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, guru, masyarakat dan orang tua serta peran Bimbingan dan Konseling (BK juga sangat membantu dalam mencapai tujuan pendidikan.Bimbingan Konseling dinilai mempunyai nilai positif dan memberikan kontribusi besar terhadap tercapainya tujuan pembelajaran ABK. Dengan kata lain BK berperan membantu siswa khususnya ABK dalam mencari solusi bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran.

Bimbingan dan konseling di PAUD merupakan upaya memfasilitasi dan mendukung guru dan orang tua anak agar dapat mengembangkan potensi/tugas perkembangan secara optimal serta mengatasi permasalahan yang dihadapi anak meliputi aspek budaya, sosial, emosional, akademik, psikologis, dan lingkungan. Dilakukan di ruangan khusus atau ruang kelas PAUD memenuhi syarat yaitu menjamin kerahasiaan, keamanan dan kenyamanan bagi anak usia dini.Layanan bimbingan dan konseling dapat membantu dalam perkembangan ABK.

Rogers (2003) menjelaskan lima tahapan dalam proses keputusan inovasi (adopsi inovasi) pada tingkat individu. Pertama, pengetahuan muncul ketika individu atau unit pengambil keputusan terbuka terhadap keberadaan inovasi dan berkontribusi terhadap pemahaman mereka tentang cara kerja inovasi. Kedua, persuasi terjadi ketika individu atau unit pengambil keputusan mempunyai sikap yang mendukung atau tidak mendukung inovasi. Ketiga, keputusan muncul ketika individu atau unit pengambil keputusan terlibat dalam aktivitas yang memandu pilihan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.Keempat, implementasi terjadi ketika individu atau unit mengambil keputusan untuk menggunakan inovasi. Kelima, konfirmasi terjadi ketika individu atau unit pengambil keputusan menambahkan tindakan yang memperkuat keputusan inovasi yang telah dibuat atau memodifikasi keputusan sebelumnya untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi jika penjelasannya bertentangan dengan pesan inovasi.


 Pada konteks layanan Bimbingan dan Konseling (BK) untuk anak usia dini, difusi merujuk pada penyebaran atau penyebaran informasi, metode, atau teknik yang bertujuan untuk memberikan dukungan, panduan, atau dukungan kepada anak dalam mengatasi berbagai permasalahan atau perkembangannya. Berikut beberapa praktik yang umum dilakukan dalam pelayanan anak usia dini dalam Bimbingan Konseling:

1. Membuat Materi Pendidikan

Membuat materi pendidikan sesuai usia dan memastikan informasi mudah dipahami dan dicerna oleh anak.Materi ini mungkin mencakup topik-topik seperti pengembangan keterampilan emosional, sosial, dan pembelajaran awal.

2. Pelatihan bagi Orang Tua dan Guru

Mengadakan pelatihan untuk orang tua dan guru tentang bagaimana mereka dapat mendukung perkembangan anak-anak usia dini. Ini mencakup keterampilan berkomunikasi yang efektif, pengenalan tanda-tanda perkembangan anak, dan cara mendukung anak dalam mengatasi tantangan perkembangan.

3. Konseling Individu atau Kelompok

Menyediakan sesi konseling baik untuk anak-anak secara individu maupun dalam kelompok. Konselor dapat membantu anak-anak dalam mengidentifikasi masalah mereka, memahami perasaan mereka, dan mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah tersebut.

4.  Program Pengembangan Keterampilan

Menyelenggarakan program yang fokus pada pengembangan keterampilan tertentu, seperti keterampilan sosial, keterampilan berbicara, atau keterampilan belajar.Memberikan informasi tentang program-program ini kepada orang tua dan guru merupakan langkah penting dalam memastikan bahwa anak-anak mendapatkan manfaat dari program-program ini.

5. Penggunaan Teknologi Pendidikan:

Menggunakan teknologi, seperti perangkat lunak edukasi atau aplikasi pendidikan yang dapat membantu dalam memberikan informasi dan pelatihan kepada anak-anak usia dini.Teknologi ini dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran di sekolah atau sebagai alat tambahan di rumah.