Alas Purwo, hutan  bicara dalam bahasa energi  leluhur.

Suaramuda.com - Di ujung timur Pulau Jawa, berdiri hutan purba yang tidak hanya lebat secara fisik, tapi juga padat secara energi. Alas Purwo, nama yang tak asing bagi pencari spiritual, bukanlah sekadar kawasan hutan lindung. Ia adalah tempat yang hidup menyimpan getaran gaib yang bisa menuntun langkah siapa pun yang datang dengan rasa dan niat suci.

Spiritualis asal Tulungagung, Raden Roro Indah Wahyu Riyanti, adalah salah satu yang merasakan secara langsung daya gaib hutan ini. Dalam perjalanannya ke Desa Tegaldlimo, Banyuwangi, untuk menjalani ritual batin, ia menyadari bahwa bukan dirinya yang memilih tujuan tetapi tempat itu sendiri yang menuntun.

 “Dari awal perjalanan, rasanya seperti ditarik. Badan terasa ringan. Tidak lelah meskipun jauh. Jalannya seperti sudah dibuka,” ujar Indah, Minggu ( 6/7/2025).

Sesampainya di gerbang Alas Purwo, tubuhnya mulai bereaksi. Ada gerakan spontan, dorongan halus dari dalam yang tidak bisa dijelaskan secara logika. Tangan dan langkahnya seperti digiring menuju Kawitan Giri Salaka sebuah tempat yang diyakini sebagai pusat energi leluhur.

“Aku coba arahkan tubuhku ke goa atau pantai, tapi selalu kembali ke Kawitan. Seolah ada batas tak terlihat. Yang boleh aku datangi hanya itu. Dan saya manut,” ungkapnya.

Di Kawitan , sambutan dari beberapa sosok penjaga tempat terasa tidak asing. Wajah-wajah yang baru ia lihat, namun rosonya seperti telah lama terhubung. Setelah berganti ageman ( pakaian) ritual dan menyiapkan dupa, juga sesaji, Indah memulai laku sembah hening. Saat itu, gerimis turun sebentar lalu reda, seperti salam dan restu dari alam.

Dalam prosesi tersebut, ia mengalami kejadian yang hanya bisa dipahami melalui rasa, suara-suara halus, angin dingin yang tiba-tiba berputar, serta pancaran energi dari arah pepohonan dan tanah yang dipijaknya.

 “Hutan ini berbicara tanpa suara. Yang mendengar hanya yang memakai rasa,” katanya lirih.

Ritual itu juga membawanya pada air sumber suci, bening dan sejuk, yang ia terima dari Kawitan. Air tersebut diyakini membawa manfaat seperti untuk penyucian batin, kejernihan hati, dan perlindungan dari gangguan energi luar.

Malam harinya, ia menuju Sumber Gedang, sebuah titik mata air tersembunyi di dalam rimba. Tempat itu tak banyak dijamah, sunyi dan menyimpan kesan agung. Ia bermalam di sana, ada penerangan buatan, ditemani gemerisik ranting, dedaunan, dan pancaran energi dari bumi.

Perjalanan ini, baginya, bukan sekadar laku pribadi. Ia menyadari bahwa Alas Purwo bukan tempat wisata rohani biasa. Ia adalah tempat yang memilih tamunya. Tidak semua yang datang akan dibukakan jalan.

" Saya datang ke sini bukan untuk mencari gaib. Tapi ternyata yang gaib yang menuntunku. Kawitan tidak hanya menerima, tapi memberi ketenangan, pesan, dan rasa pulang,” tutupnya. (An).