Penulis  : Muhammad Daffa Ari Putra
Fakultas : Psikologi
Universitas : Universitas Muhammadiyah Malang

Suaramuda.com - Pandemi Covid-19 telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan mental, khususnya pada kelompok rentan seperti remaja. Masa remaja merupakan periode perkembangan kritis yang ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan sosial-emosional yang signifikan. Pembatasan sosial, ketidakpastian masa depan, dan perubahan drastis dalam rutinitas akibat pandemi telah menciptakan tekanan psikologis yang luar biasa pada remaja, berpotensi memicu berbagai masalah kesehatan mental jangka pendek maupun jangka panjang.

Salah satu dampak paling nyata adalah peningkatan angka kecemasan dan depresi di kalangan remaja. Pembatasan mobilitas dan isolasi sosial yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran virus telah membatasi interaksi sosial remaja dengan teman sebaya dan keluarga. Interaksi sosial yang terbatas ini dapat menyebabkan perasaan kesepian, terisolasi, dan tertekan. Kehilangan kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial, seperti sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan berkumpul dengan teman, telah mengganggu perkembangan sosial-emosional mereka dan memperburuk perasaan cemas dan depresi yang sudah ada. Kurangnya dukungan sosial yang memadai dari lingkungan sekitar semakin memperparah kondisi ini.
 
Selain itu, pandemi juga telah memicu peningkatan tingkat stres dan rasa takut di kalangan remaja. Ketidakpastian mengenai masa depan, kesehatan keluarga, dan kondisi ekonomi keluarga telah menjadi sumber stres yang signifikan. Ketakutan tertular virus, atau kehilangan orang yang dicintai akibat Covid-19, juga turut menambah beban psikologis mereka. Berita-berita negatif yang terus-menerus beredar di media massa semakin memperkuat perasaan takut dan cemas ini. Kemampuan remaja untuk menghadapi stres dan mengatasi ketakutan ini bervariasi, dan bagi sebagian remaja, tekanan ini dapat memicu gangguan kecemasan atau depresi yang serius.

Perubahan drastis dalam sistem pendidikan juga memberikan dampak negatif pada kesehatan mental remaja. Pembelajaran jarak jauh yang diterapkan secara luas selama pandemi telah menimbulkan berbagai tantangan, seperti kesulitan dalam mengikuti pelajaran, kurangnya interaksi dengan guru dan teman sebaya, dan kesulitan dalam mengelola waktu belajar. Kurangnya struktur dan rutinitas dalam kehidupan sehari-hari akibat pembelajaran jarak jauh juga dapat mengganggu keseimbangan emosional remaja. Teknologi yang seharusnya menjadi pendukung pembelajaran malah menjadi sumber stres jika aksesnya terbatas atau kualitasnya buruk. Perubahan metode pembelajaran yang mendadak dan kurangnya persiapan dari berbagai pihak juga memperburuk situasi. Ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan pembelajaran daring yang efektif dapat memicu rasa frustrasi dan menurunkan kepercayaan diri remaja.

Lebih jauh lagi, pandemi juga telah meningkatkan risiko penyalahgunaan zat dan perilaku berisiko lainnya di kalangan remaja. Sebagai mekanisme koping untuk mengatasi stres dan kecemasan, beberapa remaja mungkin beralih pada penyalahgunaan narkoba, alkohol, atau perilaku berisiko lainnya seperti merokok atau makan berlebihan. Kurangnya pengawasan orang tua akibat pembelajaran jarak jauh juga dapat meningkatkan risiko perilaku berisiko ini. Perilaku-perilaku tersebut justru akan berdampak buruk jangka panjang pada kesehatan fisik dan mental.

Dampak jangka panjang dari pandemi Covid-19 pada kesehatan mental remaja masih belum sepenuhnya dipahami, namun potensi dampaknya sangat mengkhawatirkan. Gangguan kesehatan mental yang tidak tertangani sejak dini dapat berdampak pada kehidupan remaja di masa depan, mulai dari prestasi akademik, hubungan sosial, hingga karier profesional. Remaja yang mengalami depresi atau kecemasan kronis berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental lainnya di masa dewasa, seperti gangguan kecemasan umum, gangguan bipolar, atau bahkan percobaan bunuh diri.

Oleh karena itu, diperlukan upaya serius dan terintegrasi untuk mengatasi dampak psikologis pandemi Covid-19 pada remaja. Peran keluarga, sekolah, dan pemerintah sangat penting dalam memberikan dukungan dan intervensi yang tepat. Keluarga perlu menciptakan lingkungan yang mendukung, empati, dan terbuka bagi remaja untuk berbagi perasaan dan pengalaman mereka. Sekolah perlu menyediakan layanan konseling dan dukungan psikologis bagi siswa, dan memastikan pembelajaran daring yang efektif dan menyenangkan. Pemerintah perlu meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan mental yang terjangkau dan berkualitas bagi remaja, serta memaksimalkan kampanye kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.

Pencegahan dini dan deteksi dini sangat penting dalam menangani masalah kesehatan mental remaja. Identifikasi faktor-faktor risiko dan faktor-faktor protektif dapat membantu dalam merancang intervensi yang efektif. Penguatan resiliensi remaja, yaitu kemampuan untuk mengatasi stres dan tantangan kehidupan, juga krusial dalam menghadapi dampak psikologis pandemi. Dengan kolaborasi dan komitmen dari berbagai pihak, kita dapat membantu remaja untuk melewati masa sulit ini dan membangun ketahanan mental yang kuat untuk menghadapi masa depan. Menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan penuh kasih sayang akan sangat membantu remaja dalam proses pemulihan dan adaptasi mereka terhadap dampak pandemi ini.