Penulis : Della Dwi Anggraeni
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
Suaramuda.com - Maraknya penyimpangan gender di Indonesia kini semakin meningkat. Menurut World Visualized, jumlah populasi transgender di Indonesia adalah 43.100 jiwa, menempati peringkat ke-11 terbesar di dunia.
Pada kanal youtube podcast bernama Nexera Entertainment telah mengunggah sebuah video tentang seorang transpuan beberapa bulan yang lalu. Transpuan tersebut bernama asli Bagas Rahmatya,dan memiliki nama panggung Princess Jessica. Princess Jessica merupakan salah satu selebgram yang cukup terkenal karena transgendernya itu. Dalam video podcast tersebut Jessica mengaku bahwa ia adalah seorang transpuan, yakni seseorang yang terlahir sebagai laki-laki, tetapi mengidentifikasikan dirinya sebagai perempuan.
Jessica menjelaskan bahwa dari usia 3 tahun, ia merasa dirinya adalah seorang perempuan. Sejak kecil ia lebih menyukai bermain bersama perempuan daripada laki-laki. Ia lebih tertarik bermain mainan perempuan daripada bermain sepak bola.
Memasuki usia sekolah dasar, Bagas Rahmatya atau Jessica ini lebih tertarik kepada laki-laki,bukan perempuan. Ia mulai menyukai teman sekelasnya pada waktu itu. Jessica juga menjelaskan bahwa dari kecil, lingkungan di sekitarnya mendukung ia untuk menjadi seorang perempuan. Orang tua Jessica tidak mempermasalahkan jika Jessica selalu bergaul dengan perempuan. Bahkan teman-temannya menjodoh-jodohkan Jessica dengan seorang laki-laki. Dalam pandangan psikologi, lingkungan sangat memengaruhi perilaku seorang individu. Menurut Isu-Isu yang terjadi pada perkembangan manusia. Tepatnya pada “Nature vs Nurture” atau bisa disebut Bawaan(genetik) vs Lingkungan. Nature merupakan faktor yang berasal dari warisan biologis atau dimiliki sejak lahir,bisa saja dari kecil genetik yang dibawa oleh Jessica berbeda/tidak seperti anak-anak yang lain. Dan juga Nurture(lingkungan) seperti teman,keluarga yang secara tidak langsung menjerumuskan Jessica menjadi seorang perempuan.
Ketika memasuki usia remaja, disaat anak-anak sepertinya sedang asik bermain panas- panasan di luar rumah. Jessica lebih memilih untuk berdiam di rumah dan fokus merawat tubuhnya, bagaimana caranya dia memiliki kulit yang putih dan badan yang kurus. Pada masa perkuliahan, Jessica mulai berani menunjukkan dirinya. Ia lebih percaya diri untuk memakai make up, dan juga memakai pakaian yang menjerumus ke wanita. Pada saat itu juga Jessica terang-terangan menjalin hubungan dengan seorang pria. Orientasi seksualnya pun mengarah ke heteroseksual,yakni seorang laki-laki bertransisi menjadi perempuan tetapi lebih tertarik kepada laki-laki.
Semenjak tinggal sendiri di kos, Jessica semakin bebas. Ia bahkan tidak pernah kembali ke rumahnya. Karena pada saat itu,Jessica sudah mengubah penampilannya menjadi seorang wanita. Orang tua Jessica pun curiga, lalu Jessica diminta untuk pulang ke rumahnya dan menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi kepadanya. Pada saat itu pun Jessica menjelaskan dengan jujur tentang apa yang ia pendam selama ini. Jessica menjelaskan bahwa ia sudah menjadi transpuan. Ia berpenampilan selayaknya perempuan. Keluarga Jessica pun terkejut mendengar hal tersebut,merasa tidak percaya. Tetapi memang itu kenyataannya.
Pada video tersebut, Jessica juga menjelaskan bahwa ketika orang tuanya mengetahui hal itu,orang tua nya marah dan ia tidak diperdulikan selama beberapa hari. Tetapi karena Jessica menjelaskan dengan penuh kejujuran, ia sudah nyaman berada di posisi ini dan yakin akan bisa sukses lewat caranya sendiri yakni sebagai selebgram. Lama-kelamaan keluarganya pun menerima hal tersebut. Tetapi dengan satu syarat, Jessica harus selalu ingat ibadah dan ketika beribadah harus sesuai dengan kodratnya,yakni sebagai laki-laki. Jessica pun menyanggupi permintaan kedua orang tuanya tersebut. Dia pun berjanji kepada Ibunya,bahwa ia tidak akan mengubah alat kelaminnya itu.
Karena orang tua nya sudah menyetujui Jessica menjadi seorang perempuan, ia semakin berani menunjukkan dirinya ke publik,ia rajin mengupload konten-konten tentang dirinya pada instagram pribadinya. Pada saat itupun, satu Indonesia gempar dengan adanya selebgram baru transgender ini. Bisa dikatakan Jessica berbeda dengan selebgram transgender lainnya,Jessica sudah memiliki wajah yang cantik,kulit yang putih dan mulus,badan yang kecil,layaknya seorang wanita tulen tanpa perlu operasi. Ia pun beberapa kali di undang pada acara-acara youtube,salah satunya pada Nexera Entetrtainment ini.
Menurut pandangan psikologi, ada beberapa hal yang mendasari mengapa Jessica menjadi seorang transgender.
Menurut teori kepribadian Erikson. Hal tersebut terjadi pada tahap ke-5 ketika remaja “Identity vs Identity Confusion” atau disebut dengan Identitas vs Krisis identitas. Identitas terjadi apabila seorang individu mengetahui tentang dirinya,bagaimana dirinya dan memiliki tujuan hidup. Sebaliknya,jika seorang individu tidak mengetahui tentang dirinya,ia tidak memiliki jati diri,tidak memiliki tujuan maupun makna hidup. Maka ia akan mengalami krisis identitas. Jessica mengalami hal tersebut. Jessica tidak mengetahui identitas aslinya,ia tidak memiliki jati diri,dan ia merasa bingung siapakah sebenarnya dirinya.
Menurut teori kepribadian Sigmund Freud, menyatakan bahwa 5 tahun pertama kehidupan seseorang itu memengaruhi kehidupan di masa selanjutnya. Jessica mengalami hal ini, karena sedari kecil, ia merasa ada yang berbeda pada dirinya. Ketika berusia 3 tahun, Jessica menyatakan bahwa dirinya lebih nyaman bergaul dengan perempuan dan bermain bersama perempuan. Hal inilah juga yang memengaruhi kehidupan masa selanjutnya Jessica yang sekarang sudah menjadi seorang transpuan.
Hal tersebut juga bisa terjadi karena pola pengasuhan orang tua. Pola asuh yang dianut orang tua Jessica ini adalah pola asuh permisif. Orang tua dengan pola asuh permisif cenderung memprioritaskan kenyamanan anaknya, sehingga mereka akan bersikap layaknya teman kepada anak. Anak yang menerima pola asuh ini juga jarang mendapatkan aturan yang ketat atau hukuman. Jessica menjadi transgender karena ia tidak mendapatkan aturan,batasan dan hukuman dari orang tuanya. Ia lebih dibebaskan oleh orang tuanya dalam memilih keputusan. Oleh karena itu,ia berani menjadi seorang transpuan.
Menurut psikologi, transgender tidak dianggap sebagai gangguan mental, tetapi transgender dianggap sebagai perilaku menyimpang saja. Transgender bisa berisiko mengalami gangguan mental apabila ia mendapatkan tekanan sosial dan juga konflik internal.